Sebuah Pencapaian


Kalau kamu berpikir untuk masa satu tahun,
tanamlah jagung...
Kalau kamu berpikir untuk masa 10 tahun,
tanamlah pohon...
Kalau kamu berpikir untuk masa 100 tahun,
didiklah anak...
Kalau kamu berpikir untuk masa 1000 tahun,
didiklah anak dengan Al Qur'an...

"Karena Al Qur'an akan memperpanjang usia dunia"

Untuk itu marilah bertekad :

"Kalau disana ada 1000 ustadz, sayalah orang yang ke-1000"

"Kalau disana ada 100 ustadz, sayalah orang yang ke-100"

"Kalau disana ada 10 ustadz, sayalah orang yang ke-10"

"Kalau disana ada satu ustadz, ITULAH SAYA"

Sekaten One Of Yogyakarta Cultural Strength




Sejarah Sekaten

Pada tahun 1939 Caka atau 1477 M, Raden Patah selaku Adipati Kabupaten Demak Bintoro, dengan dukungan para Wali membangun Masjid Agung Demak sebagai tempat ibadah dan tempat bermusyawarah para wali.
Salah satu hasil musyawarah para wali dalam rangka meningkatkan syiar Islam, selama 7 (tujuh) hari menjelang peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, diadakan kegiatan syiar Islam secara terus menerus. Supaya menarik pengunjung, dibunyikan 2 (dua) perangkat gamelan ciptaan Sunan Giri dengan membawa gendhing-gendhing tertentu ciptaan para wali, terutama Sunan Kalijaga.
Para pengunjung yang menyatakan ingin "masuk" Agama Islam setelah mengikuti kegiatan syi'ar Agama Islam tersebut dituntun untuk mengucapkan 2 (dua) kalimat syahadat (syahadatain). Dari kata syahadatain yang berarti dua kalimat syahadat itulah menjadi SEKATEN, akibat perubahan pengucapan, sebagai ISTILAH yang menandai kegiatan syiar agama Islam yang dilaksanakan selama 7 (tujuh) hari terus menerus menjelang sampai dengan peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW mulai tanggal 5 sampai dengan 12 Maulud atau Robi'ul Awal setiap tahun.
Sekaten yang kemudian berkembang menjadi pesta rakyat tradisional terus diselenggarakan setiap tahun, seiring dengan tumbuhnya Kabupaten Demak Bintoro menjadi kerajan Islam, bahkan Sekaten menjadi tradisi resmi.
Demikian pula saat bergesernya Kerajaan Islam ke mataram serta Kerajaan Islam Mataram terbagi menjadi dua, yakni Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, Sekaten sebagai upacara tradisional keagamaan Islam masih terus diselenggarakan beserta pesta rakyat tradisional yang menyertainya.
Dari perkembangan penyelenggaraan Sekaten tahun demi tahun Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, pada pokoknya terdiri dari :
1. Dibunyikan dua perangkat gamelan, Nogowilogo dan Gunturmadu selama 7 hari berturut-turut kecuali Kamis malam sampai Jum'at siang di Kagungan Dalem Pagongan Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta
2. Peringatan Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW pada tanggal 11 Maulud malam, di Serambi Masjid Agung dengan pembacaan riwayat Nabi Muhammad SAW oleh abdi dalem sinuwun, para kerabat, pejabat dan rakyat Ngayogyakarta Hadiningrat
3. Pemberian sedekah Ngarso Dalem Sampeyan dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan berupa hajad dalem Gunungan dalam upacara Garebeg sebagai puncak acara sekaten peringatan Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW.